II.
KERANGKA TEORETIS
A.
Tinjaun Pustaka
1. Keterampilan Eksperimen
Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17)
mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan
merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa langkah dan tindakan yang harus
diambil dalam menyelesaikan
masalah. Sedangkan menurut Dimyati & Mujiono (2002
: 150) :
Merencanakan
percobaan dapat diartikan sebagai satu kegiatan untuk mendeskripsikan
variabel-variabel yang dimanipulasikan dan direspon dalam percobaan secara
operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara
mengujinya, serta hasil yang diharapkannya dari percobaan yang akan
dilaksanakan.
Sementara
menurut firman (1991 : 52)
Merencanakan
percobaan adalah merancang kegiatan yang akan dilakukan untuk menguji suatu
hipotesis, memeriksa kebenaran dan memperlihatkan prinsip-prinsip atau
fakta-fakta yang telah diketahui.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan
bahwa merencanakan percobaan adalah kegiatan mengidenfikasi masalah dan
tindakan yang harus diambil serta ada variabel yang di ppengaruhi dan
mempengaruhinya sehingga akan menghasilkan hasil yang dapat membuktikan suatu
kebenaran.
Merencanakan percobaan merupakan bagian yang sangat penting dalam
kegiatan praktikum, selain turut menentukan berhasil tidaknya dalam melaksanakan
percobaan juga memberikan bekal pengetahuan sebanyak mungkin untuk berfikir sebelum
melakukan suatu kegitan, karena lebih siap untuk melakukan percobaan. Pada
tahap ini di tentukan masalah atau obyek yang akan di teliti, tujuan dan ruang
lingkup penelitian, sumber data informasi, cara analisis, alat dan bahan, atau
sumber kepustakaan yang diperlukan, jumlah orang telibat, langkah-langkah
pengumpulan dan pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan
penelitian, sebagaimana
diungkapkan oleh Usman (1990 : 39). Dengan di
kembangkannya keterampilan merencanakan percobaan siswa diharapkan dapat
memecahkan masalah yang ada disekitarnya.
Menurut Rustaman et al
(2003 : 103) indikator
keterampilan bereksperimen terdiri dari lima aspek
yaitu:
a.
Menentukan tujuan,
Untuk aspek menentukan tujuan harus dirumuskan
sedemikian rupa sehingga hanya mempunyai satu pengertian saja , tidak boleh di
tafsirkan menjadi beraneka ragam makna, seperti yang diungkapkapkan oleh Subiyanto, (1988 : 58).
Penilaian aspek menentukan tujuan percobaan dititik beratkan pada pengusaan
dalam menyebutkan yang ingin dicapai melalui kegiatan p
raktikum.
b.
Menentukan alat dan bahan,
Menurut Karinawati (1991 : 47) untuk aspek menetukan alat dan bahan siswa ditantang untuk berfikir
karena disini siswa memerlukan pengetahuan dalan mengenal alat dan bahan
percobaan yang akan digunakan selain itu dipengaruhi oleh pengalaman yang
diperoleh sebelumnya. Penilaian aspek menetukan alat dan bahan di titik
beratkan pada penguasaan dalam meyebutkan jenis dan bahan beserta jumlahnya.
c.
Menentukan langkah kerja,
Aspek untuk menentukan cara kerja merupakan hal yang
sangat penting dalam bereksperimen, sebagai keterampilan untuk mengadakan
pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu
pengetahuan alam sehingga dapat di peroleh informasi yang menerima atau menolak
ide-ide itu, Dimyati & Mudjiono (2002 : 150). Penilaian aspek menetukan cara kerja
di titik beratkan pada penguasaan dalam menetukan cara kerja atau rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan dengan percobaan dengan sistematis.
d.
Menentukan variabel,
Aspek menentukan variabel sangat berhubungan dengan
konsep, variabel merupakan konsep variasi nilai atau segala sesuatu yang dapat
berubah atau diganti dalam satu situasi, Dimyati & Mudjiono (2002 : 146). Penilaian aspek menentukan variabel di titik
beratkan dalam penguasan menentukan-menentukan suatu kondisi atau keadaan yang
dapat terjadi sebagai akibat perubahan variabel bebas.
e.
Menentukan fakta apa yang harus diukur, diamati dan dicatat
Pada saat menentukan fakta yang harus diamati, diukur
dan di tulis di perlukan keterampilan mengumpulkan dan mengolah data. Kemampuan
yang dimaksud adalah kemampuan memperoleh informasi/ data dari orang tau sumber
informasi lain yang dengan cara lisan, tertulis, atau pengamatan dan
pengkajiannya lebih lanjut lebih lanjut
secara kuantitatif dan kulitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau
penyimpulan, Dimyati & Mudjiono (2002 : 148). Penilaian aspek menentukan fakta
yang harus diamati, diukur dan ditulis dititik beratkan pada penguasaan dalam
menggunakan alat indera untuk menentukan hasil dari kegiatan praktikum.
Hal ini sejalan dengan Ramig & Harlen (Yulianti, 1995 : 14)
yaitu
kegiatan
merencanakan percobaan dimulai dengan menetukan variabel, merumuskan
masalah, berhipotesis, lalu di ikuti
dengan merancang percobaan yang didalamnya menyangkut penentuan alat dan bahan,
penentuan langkah kerja serta menentukan fakta yang harus diukur, diamati dan
dicatat.
Kegiatan inti siswa harus terlibat dalam menemukan
konsep, karena sangat berarti sebagai pengalaman belajar yang dilakukan oleh
siswa dengan melakukan penyelidikan dan pelatihan terbimbing dengan syarat
penemuan tersebut di bawah bimbingan dan arahan guru. Pada evaluasi dilakukan
baik terhadap langkah-langkah penemuan maupun pada pengetahuan siswa, sebagai
umpan balik bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihan.
2.
Pendekatan Discovery
Pendekatan discovery
merupakan pendekatan mengajar yang memerlukan proses mental, seperti
mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan, dan mengambil
kesimpulan. Pada kegiatan discovery guru
hanya memberikan masalah dan siswa memecahkan masalah melalui percobaan.
Hamalik (2004: 134) menyatakan bahwa:
Pendekatan discovery merupakan
suatu komponen dari praktek pendidikan yang sering disebut dengan heuristic teaching, yakni suatu tipe
pengajaran yang meliputi metode-metode yang didesain untuk memajukan rentang
yang luas dari belajar aktif, berorientasi pada proses, membimbing diri sendiri
(self-directed), inkuiri dan model
belajar reflektif.
Menurut Roestiyah (1998: 20) menyatakan
bahwa pendekatan discovery memiliki
keunggulan sebagai berikut:
a. Mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau
pengenalan.
b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat
sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal
dalam jiwa siswa tersebut.
c. Dapat membangkitkan kegairahan belajar
pada siswa.
d. Mampu memberikan kesempatan pada siswa
untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
e. Mampu mengarahkan cara siswa belajar,
sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat lagi.
f. Membantu siswa untuk memperkuat dan
menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
g. Strategi ini berpusat pada siswa tidak
pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu apabila diperlukan.
Suciati & Prasetya Irawan dalam Budiningsih (2005: 50) mengungkapkan bahwa aplikasi metode discovery learning di kelas terdiri atas:
a. Tahap persiapan dalam aplikasi metode discovery learning
Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner dalam Budiningsih (2005: 50) yaitu:
Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner dalam Budiningsih (2005: 50) yaitu:
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat,
gaya belajar, dan sebagainya)
c) Memilih materi pelajaran
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi).
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa .
b. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning
Adapun menurut Syah (2004: 244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:
Adapun menurut Syah (2004: 244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:
a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
b) Problem statement (pernyataan/
identifikasi masalah).
c) Data collection (pengumpulan
data).
d) Data processing (pengolahan
data).
e) Verification (pentahkikan/pembuktian).
f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Pembelajaran discovery terbimbing yang dilaksanakan untuk pembelajaran ini
terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal. Kegiatan inti, dan
evaluasi. Pada kegiatan awal, siswa dituntut mengetahui tujuan mengapa mereka
berperan serta pada pembelajaran tertentu. Siswa harus tahu apa yang dapatmereka
lakukan setelah berperan serta dalam pembelajaran itu. Pada kegiatan inti,
siswa harus terlibat dalam menemukan konsep, karena sangat berarti sebagai
pengalaman belajar yang dilakukan oleh siswa dengan melakukan penyelidikan dan
pelatihan terbimbingdengan syarat penemuan tersebut di bawah bimbingan dan
arahan guru. Pada evaluasi dilakukan baik terhadap langkah-langkah
penemuanmaupun pada pengetahuan siswa, sebagai umpan balik bermakna dan
pengetahuan tentang hasil latihan.
3.
Hasil Belajar
Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas
belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa
yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena
itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan
perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang
harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran.
Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan.
Menurut Abdurrahman
(1999: 37) :
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Belajar itu sendiri merupakan
suatu proses dari seseo-rang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan tingkah laku yang relatif menetap.
Hal ini menunjukkan bahwa setelah melakukan proses pembelajaran, maka akan
diperolah hasil belajar hasil
belajar yang menjadi akhir dari
proses belajar.
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4)
mengatakan bahwa:
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan
tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar, sedangkan
dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pembelajaran.
Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan huruf atau kata atau simbol
setelah siswa tersebut melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar ini merupakan suatu ukuran
bahwa siswa tersebut sudah melakukan kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu
pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk
menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran hasil belajar
dan dinyatakan dalam bentuk angka. Tinggi rendahnya hasil belajar
dapat diketahui melalui pedoman penilaian Arikunto (2001: 245):
Bila nilai siswa
66, maka
dikatagorikan baik, bila 55
nilai siswa
< 66, maka dikatagorikan cukup baik, bila nilai siswa < 55 maka
dikatagorikan kurang baik.
Menurut Slameto (2003: 131) hasil belajar itu sendiri meliputi 3
aspek yaitu:
(1)
Keilmuan dan pengetahuan,
konsep atau fakta (kognitif)
(2)
Kepribadian atau sikap
(afektif)
(3)
Keterampilan atau penampilan
(psikomotor)
Sedangkan Hasil
belajar dalam kecakapan kognitif memiliki
beberapa tingkatan yaitu: (1) Informasi non verbal, (2) Informasi fakta
dan pengetahuan verbal, (3)Konsep dan prinsip, (4)Pemecahan
masalah dan kreatifitas
Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah
hasil belajar, yaitu:
a)
Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan).
b)
Affective: Receiving (sikap menerima), responding
(memberi respon), Valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
c)
Psychomotor: initiatory level, pre-routine level,
routinized level.
Hasil belajar siswa memiliki tiga ranah
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dijadikan sebagai
penilaian hasil belajar siswa. Diketahui bahwa dengan belajar, maka kemampuan
siswa meningkat. Belajar dan peningkatan kemampuan berjalan secara beriringan,
semakin sering siswa belajar maka kemampuan yang dimiliki siswa akan semakin
meningkat. Ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa akan berfungsi
dengan baik. Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 23-28) ranah kognitif terdiri dari 6 jenis
perilaku sebagai berikut :
1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal
yang dipelajari.
3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke
dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
6. Create, mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru.
Menurut Slameto (1991: 131) hasil belajar dari
ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam
pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah:
(1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep
dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas.
Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, dan sintesis siswa
yang dievaluasi di setiap akhir pembelajaran.
Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk hasil
belajar siswa.
Hamalik (2007: 30) menyatakan bahwa :
Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar
itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar
sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan
pengetahuan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu.
Hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku dari suatu interaksi belajar-mengajar yang kemudian menjadi milik
individu yang belajar, baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun
psikomotoris. Hasil
belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat
diukur seperti yang tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan
melompat setelah latihan. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2002: 4-5) bahwa: “Dampak pengiring adalah terapan
pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan transfer belajar”. Jadi dampak pengiring adalah suatu tambahan
pengetahuan dan kemampuan pada kegiatan yang nyata seperti kegiatan
ekstakurikuler.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu akhir atau puncak proses belajar yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dari suatu interaksi
belajar-mengajar yang kemudian menjadi milik individu yang belajar, baik dalam
bidang kognitif, afektif, maupun psikomotoris.
Untuk mengetahui
keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar
yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan dinyatakan dalam bentuk angka.
B.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan pendekatan discovery dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh keterampilan bereksperimen terhadap hasil belajar. Hasil belajar yang
diamati dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif.
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel
yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah keterampilan eksperimen dengan pendekatan discovery (X), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar
(Y).
Gambar dibawah ini menjelaskan paradigma pemikiran tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat :
Y
|
X
|
Gambar 2.1 Bagan Paradigma Pemikiran
Keterangan : X = Keterampilan eksperimen dengan pendekatan discovery
Y = Hasil belajar
R = Pengaruh
variabel X terhadap variabel Y
Dalam pembelajaran, siswa harus mampu siswa disaat
melakukan sesuatu percobaan dengan langkah-langkah ilmiah. Langkah-langkah
ilmiah yang dimaksud yaitu siswa mampu merumuskan hipotesis, membuat konsep,
merancang percobaan, merumuskan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan, dan menarik kesimpulan dalam
menemukan konsep. Disaat proses melakukan percobaan siswa secara langsung aktif dalam
melaksanakan kegiatan belajar pembelajaran, sehingga siswa tersebut memahami
materi yang sedang mereka terima, baik teori, menghitung, rumus-rumus, konsep,
bahkan penerapannya dalam kegiatan kehidupan sehari-hari.
Keterampilan
eksperimen dengan pedekatan discovery akan membuat siswa terbiasa membuat
dan menyelesaikan soal fisika sendiri yang akan menghasilkan perubahan kemampaun pemahaman
materi dan hasil belajar
siswa. Sikap yang akan terbentuk ketika siswa melakukan kegiatan merumuskan masalah salah satunya yaitu sikap kreatif, inovatif, merdeka, dan kerjasama . Sedangkan sikap yang akan terbentuk pada saat siswa melakukan kegiatan menyelesaikan
masalah adalah sikap ingin tahu,
mandiri, dan sikap kritis. Siswa pada saat mengajukan dan
menyelesaikan masalah sendiri akan menggunakan kreatifitas mereka untuk dapat membuat soal fisika serta dapat
menyelesaikan soal yang baru dibuatmya. Sikap yang akan terbentuk ketika
siswa melakukan kegiatan merumuskan kesimpulan salah satunya adalah terbuka dan
bekerja sama. Pada saat merumuskan kesimpulan siswa harus
memiliki sikap terbuka terhadap perbedaan pendapat. Sikap yang terbentuk selama pembelajaran akan memudahkan siswa dalam
melakukan proses pembelajaran. Berdasarkan pernyataan di atas, maka kerangka
pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan secara grafis dalam diagram di
bawah ini :
ALAT-ALAT FLUIDA
STATIS
|
PENDEKATAN DISCOVERY
DALAM METODE EKSPERIMEN
|
HASIL BELAJAR
|
PERUBAHAN TINGKAH LAKU
|
Disajikan dalam
Terjadi
proses
Memunculkan
Gambar 2.2. Kerangka pemikiran penelitian.
Dalam penelitian ini diharapkan
keterampilan bereksperimen dengan pendekatan discovery berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
C.
Anggapan
Dasar
Anggapan
dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah:
1.
Setiap sampel penelitian
memperoleh materi yang sama.
2.
Kemampuan penguasaan materi
siswa pada mata pelajaran fisika berbeda-beda.
3.
Hasil Belajar Siswa pada mata
pelajaran fisika berbeda-beda.
D.
Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam
penelitian ini adalah keterampilan eksperimen dengan pendekatan discovery berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar